Sunday, May 30, 2010

Larangan Mengejar Ridha Manusia dengan Kemarahan Allah


Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali   
Tuesday, 21 April 2009
Muawiyah menulis surat kepada Aisyah r.a, "Tulislah surat 
yang berisi nasehat untukku dan jangan terlalu panjang!
" Maka Aisyah r.a. menulis surat kepada Muawiyah, 
"Salamaun 'alaika,Amma ba'du, sesungguhnya
aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa 
mengejar ridha Allah meskipun manusia marah, niscaya
Allah akan mencukupkannya dari ketergantungan
kepada manusia. Dan barangsiapa mengejar ridha 
manusia dengan kemarahan Allah, niscaya Allah akan
 menyerahkannya kepada manusia. 
Wassalamu'alaikum'," (Shahih, HR at-Tirmidzi: 2414]).

Kandungan Bab:
1.Wajib mengesakan Allah dalam rasa takut dan takwa.
 Karena seorang insan pasti menghindarkan diri dari 
beberapa perkara dan takut kepadanya. Walaupun
 dia seorang raja yang ditaati. Jika ia tidak bertakwa 
kepada Allah dan takut kepada-Nya maka ia akan 
takut kepada makhluk.
2.Manusia tidak akan sama rasa cinta dan benci mereka.
 Bahkan bisa jadi seseorang menyukai ini sementara yang 
lain membencinya. Tidak akan mungkin membuat ridha 
mereka semua. Karena itulah imam asy-Syafi'i berkata, 
"Kepuasan seluruh manusia adalah suatu cita-cita yang
 tidak mungkin dapat dicapai. Hendaknya engkau tetap 
memperhatikan perkara yang dapat memperbaiki 
keadaanmu dan sertailah ia selalu. Dan tinggalkanlah
 yang selain itu, janganlah engkau mengurusnya."
3.Membuat puas makhluk bukanlah suatu perkara
 yang ditetapkan dan diperintahkan.
4.Membuat makhluk puas tidaklah berguna sedikitpun
 di sisi Allah Ta'ala. Jika seseorang hamba bertakwa
 kepada Allah SWT Dia akan mencukupkannya dari manusia. 
Jika tidak maka Allah akan menyerahkan urusannya 
kepada dirinya sendiri dan kepada manusia. Oleh 
karena itu membuat Allah ridha adalah tujuan yang
 tidak boleh ditinggalkan. Maka peganglah sesuatu
 yang tidak boleh ditinggalkan ini dan tinggalkan 
sesuatu yang tidak mungkin tercapai.




Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali,
 Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah 
an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut 
Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsar
 (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/393-395.

No comments: